
Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah dan menjadi waktu yang sangat penting bagi umat Islam. Di Indonesia, bulan ini dikenal sebagai bulan ziarah, di mana banyak umat Muslim melakukan tradisi ziarah kubur untuk mendoakan arwah leluhur mereka. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai tradisi ini:
- Tradisi Ziarah Kubur
Ziarah kubur pada bulan Sya’ban menjadi tradisi yang dilakukan oleh sebagian besar umat Islam, terutama di kalangan warga Nahdlatul Ulama (NU). Kegiatan ini biasanya dilakukan menjelang bulan Ramadan sebagai bentuk penghormatan dan doa untuk arwah yang telah meninggal.
- Ruwahan
Di Indonesia, bulan Sya’ban sering kali dihubungkan dengan tradisi Ruwahan, di mana umat Muslim melakukan doa bersama, tahlilan, dan sedekah. Ruwahan bertujuan untuk mendoakan arwah leluhur serta memperkuat ikatan sosial di antara keluarga dan komunitas. - Nisfu Sya’ban
Salah satu momen penting dalam bulan Sya’ban adalah Nisfu Sya’ban, yang jatuh pada pertengahan bulan. Pada malam ini, banyak umat Muslim yang melakukan ibadah khusus, seperti membaca Al-Qur’an dan berdoa, karena diyakini bahwa doa-doa mereka akan lebih mudah diterima. - Kamis Petang
Tradisi ziarah kubur sering kali dilakukan pada Kamis petang di akhir bulan Sya’ban. Ini adalah waktu yang dianggap baik untuk mengunjungi makam leluhur dan mendoakan mereka, sebagai persiapan menyambut bulan Ramadan yang penuh berkah. -
Makna Spiritual
Ziarah kubur di bulan Sya’ban bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam. Ini adalah waktu untuk merenungkan kehidupan, memperbaiki diri, dan memperkuat hubungan dengan Allah serta sesama.
Pun hal yang sama dilakukan oleh Jama’ah Tahlil dan Keluaraga Besar Musholla Al Hazmi Kedungsalam Sidamukti Patimuan, pada kesempatan Kamis 20 Februari 2025 Rombongan satu (1) armada elf penuh milik Al Ghufran Travel melaksanakan Wisata Religi sekaligus Ziarah ke makam Guru dan Aulia. Perjalanan dimulai pukul 14.00 WIB dari titik kumpul (Rumah Bu Purwanto) berangkat menuju Makam Almaghfurlah KH. Makinuddin Malik di area pemakaman Karangkjengkol Kedungreja dilanjutkan ke makam Almaghfurlah Syekh Sumitro Al Hasan SIdareja yang juga pendiri Yayasan Ell Firdaus. Setelah rombongan dzikir bersama melaui kalimat tahlil dan berdoa dilangsungkan shalat Ashar berjama’ah. setelahnya rombongan melaju ke daerah timur tepatnya di Makam Masyayikh Kesugihan, kemudian ke Makam Leler Randegan Almaghfurlah KH Hisyam Zuhdi Pendiri Pondok Pesantren At Taujieh Al Islami dan berkembang dan populer sampai saat ini melalui sekolah Andalusia. Kemudian rombongan ramah tamah serta makan bersama dilanjutkan shalat jama’ ta’hir maghrib dan Isya.Sekitar pukul 21.00 WIB rombongan bergerak ke Makam Aulia Illah di Kebumen, pertama ziarah di Eyang Agung Lancing di Kecamatan Mirit, selanjutnya di Makam Syeckh Anom Sidokarso dan terakhir di Makam Syeckh Abdul Awal di Daerah Petanahan. Semoga dengan ikhtiar untuk mengingat bahwa kematian dan liang lahatlah ujung dari perjalanan manusia, jama’ah tahlil dan keluarga musholla Al Hazmi dapat hikmah bagaimana menjalani sisa hidup agar terarah dan sesuai dengan petunjuk yang di bawa Nabi akhir zaman Nabi pungkasan. Beliau adalah Sayyiddina Wa Maulana Muhammad SAW Shohibu Syafaat. Allahumma Aaamiiin.
Kesimpulan
Bulan Sya’ban menjadi bulan yang sangat berarti bagi umat Muslim di Indonesia, terutama dalam konteks ziarah kubur. Melalui tradisi ini, umat Muslim tidak hanya mendoakan arwah leluhur, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan spiritual dalam komunitas mereka. Dengan semangat persatuan dan saling menghormati, bulan Sya’ban menjadi momen yang penuh makna menjelang bulan suci Ramadan.