Sidamukti – Malam Minggu Wage, 9 Agustus 2025, yang bertepatan dengan 16 Safar 1447 H, menjadi momen istimewa bagi warga Nahdlatul Ulama (NU) di Desa Sidamukti. Setelah sekian lama terhenti, giat istighotsah tingkat ranting NU Sidamukti akhirnya kembali digelar dengan penuh khidmat. Kegiatan ini diselenggarakan di musholla Al Barokah RW 02 Dusun Langgenkepuh (Ky. Sobari) sebagai wujud pelayanan pengurus ranting kepada jamaahnya, sekaligus upaya untuk meningkatkan kualitas iman melalui doa bersama memohon pertolongan (istighotsah) kepada Allah SWT.
Suasana malam itu terasa berbeda. Sejak ba’da Isya, jamaah dari berbagai penjuru desa mulai berdatangan ke lokasi kegiatan. Kaum bapak, ibu, remaja, hingga anak-anak hadir dengan penuh semangat. Bahkan, beberapa jamaah dari desa tetangga juga ikut bergabung. Hal ini menunjukkan bahwa istighotsah ini memiliki magnet spiritual yang kuat, terlebih setelah sekian lama kegiatan semacam ini tidak dilaksanakan.
Menurut Rosi Suriah Ranting NU Sidamukti KH Achmad Toharun, kembalinya kegiatan ini adalah bentuk komitmen pengurus untuk menghidupkan kembali tradisi keagamaan yang telah menjadi bagian dari identitas warga. “Istighotsah bukan sekadar rutinitas doa, melainkan wadah untuk mempererat silaturahmi, menguatkan iman, dan memohon pertolongan Allah SWT atas segala persoalan hidup, baik pribadi, keluarga, desa, hingga bangsa,” ujarnya.
Antusiasme jamaah benar-benar terasa. Deretan tikar, sajadah, dan kursi yang disiapkan panitia terisi penuh. Lantunan doa-doa istighotsah mengalun merdu, diiringi bacaan shalawat yang menenangkan hati. dan mauidhotul khasanah sebelum istighotsah. Sesekali, suasana hening menyelimuti, ketika para jamaah menundukkan kepala, larut dalam khusyuk memohon ampunan dan bimbingan dari Sang Pencipta. Dipimpin oleh Ky, Tohirin Istighotsah serasa khidmat hanya mengharap Ridha Allah SWT.
Bagi warga Sidamukti, kegiatan seperti ini bagaikan oase di padang pasir. Dalam kesibukan sehari-hari, istighotsah menjadi kesempatan untuk menenangkan jiwa, mengisi hati dengan cahaya iman, dan memupuk rasa kebersamaan. Banyak jamaah yang berharap agar kegiatan ini tidak lagi terputus, melainkan dilaksanakan secara rutin setiap bulan sesuai penanggalan Jawa dan Hijriyah.
Salah satu peserta, Bapak Sumarno, mengungkapkan rasa syukurnya. “Sudah lama kami rindu kegiatan seperti ini. Suasananya menyejukkan hati, apalagi bisa berkumpul dengan saudara-saudara seiman sambil memohon doa bersama. Semoga ini menjadi awal kebangkitan spiritual di desa kita,” tuturnya.
Harapan serupa disampaikan oleh tokoh agama setempat yang turut hadir. Beliau menekankan bahwa istighotsah bukan hanya ritual, tetapi juga bentuk pengakuan akan keterbatasan manusia, serta penguatan keyakinan bahwa segala pertolongan sejati hanya datang dari Allah SWT.
Kegiatan malam itu diakhiri dengan doa bersama memohon keberkahan hidup bagi keluarga, kemakmuran bagi Desa Sidamukti, dan keselamatan bagi bangsa Indonesia. Seruan “Aamiin” menggema, menciptakan aura kebersamaan yang hangat. Semoga langkah ini menjadi awal keberkahan baru bagi warga, dan istighotsah ranting NU Sidamukti kembali menjadi tradisi yang dirindukan.